Kamis, 27 Maret 2014

CARA MERAWAT PUSAKA BERTUAH



CARA MERAWAT PUSAKA BERTUAH
Menjamas pusaka adalah proses merawat dan menjaga pusaka hingga tetap bebas dari karat hingga terjaga dari kerusakan. Proses merawat pusaka ini mulai dari proses membersihkan dari karat / mutih, mewarangi, hingga meminyaki dan memberi wewangian pada pusaka. Keseluruhan proses ini disebut proses Jamasan Pusaka. Dan yang terpenting dari seluruh proses ini adalah sikap batin kita yang harus “nderek langkung” alias permisi, menghormati dan tidak meremehkan. Hal tersebut merupakan penghormatan kita atas kerja sang empu dan atas berkah Tuhan atas pusaka tersebut.

I. MENCUCI PUSAKA / MUTIH
Syarat mutlak agar bilah keris bisa diwarangi dengan baik, adalah bilah harus diputih dengan baik terlebih dulu, setelah terlebih dulu dibersihkan dari berbagai noda, kotoran atau karatnya – termasuk warangan yang terdahulu / lama / bekas. Cara ini disebut “mutih”.

Salah satu cara tradisional mutih adalah :
Rendam bilah keris dengan air kelapa tua (asam lemah) selama beberapa hari, bergantung kadar kotoran dan karatnya. (air bisa ditaburi dengan bunga setaman)
Gosok bilah dengan jeruk nipis sehingga menjadi putih keperakan
Buah lerak dibuang isinya dan diberi sedikit air dalam mangkok agar berbusa. Dengan sikat halus, gosok keris yang telah dimandikan tadi dengan air lerak. Saat menggosok keris dengan sikat jangan dibolak-balik. Sebaiknya mulai dari pesi sampai ganja terus ke awak-awak hingga pucuk. Lakukan dengan pelan dan mantap hingga benar-benar bersih. Lebih hati-hati lagi jika membersihkan keris kinatah atau keris yang kembang kacangnya sudah sangat tipis.
Lakukan pada bilah keris baliknya.
Setelah benar-benar bersih, keringkan dengan menggunakan kain bersih dengan cara memijit-mijitkan kain ke seluruh bagian.
Keris yang telah kering disiram dengan air bersih dan keringkan kembali – seperti sebelumnya.

Beberapa cara yang lain untuk mutih :

1. Di rendam dalam air jeruk nipis.
Akan lebih baik dai perasan air jeruk nipis yang sebelumnya buah jeruk tersebut dikupas. Kulit jeruk bisa menyebabkan bilah keris menjadi kemerahan. Perlu dilihat waktu perendaman karena air jeruk ini bisa memakan bilah besi jika terlalu lama direndam. Jadi sering-sering di cek. Biasanya membutuhkan waktu sektar 6 jam - 1 hari tergantung kualitas warangan yang lama.

2. Jika ingin tidak terlalu makan besi, bisa menggunakan air kelapa tua.
Ini bisa membutuhkan waktu antara 2-5 hari tergantung warangan yang melekat pada bilah. Jika menggunakan cara ini, maka tiap hari kita perlu membersihkan keris dengan sabun colek. Setelah kering dan sabun bersih, maka dimasukkan lagi ke air kelapa. Tetapi jangan mengganti air kelapa tersebut. Dibiarkan saja menggunakan yang awal. Air kelapa juga bisa mengangkat karat dari bilah keris.

4. Jika ingin instant, bisa menggunakan air campur dengan serbuk sitrun.
Tetapi ini sangat tidak dianjurkan karena bisa membuat bilah keris berpori atau berbintik. Jadi serat besi akan hilang.

5. Cara paling ekstrim dan sangat tidak dianjurkan adalah dengan menggunakan cairan HCL atau Asam Nitrat. Ini sangat merusak keris walau keris bisa putih segera dalam waktu hanya sekitar 5 menitan.

Setelah itu keris dioles dengan jeruk nipis yang sudah di kupas dan dibelah menjadi 2 bagian. Bisa ditambahkan dengan abu gosok, dimana belahan jeruk dimasukkan ke abu gosok dan dioleskan ke keris. Cuci dengan air bersih. Barulah kemudian keris bisa menjadi putih sehingga siap diwarangi. Memutih bilah, bisa dilakukan siapa saja. Tidak perlu ahli. Setelah bilah bebas karat usai direndam air kelapa, dan disikat sabun colek jeruk nipis, ya tinggal disikat terus, pelan-pelan. Sesabar-sabarnya, sabun-jeruk-sabun-jeruk sampai nyaris "putih" kemilau, seperti seolah bilah dicat warna metalik. Jangan memutihkan keris dengan cara di ampelas atau apalagi di kikir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.