SENJATA SUKU DAYAK "MANDAU TERBANG"
Pada saat terjadianya kerusuhan antar Etnis di Sambas dan Sampit,
banyak cerita berkembang tentang adanya fenomena Mandau Terbang :
(Mandau yang bisa terbang mencari sasaran sindiri, bisa memilih dan
memenggal leher musuh). Hal tersebut cukup menggetarkan dan membuat
merinding siapapun yang mendegar.
Semua dikembalikan pada yang mendengar, boleh percaya boleh tidak. Namun
demikian banyak kesaksian yang menguatkan kebenaran akan fenomena
tersebut.
Apapun ceritanya harus digaris bawahi bahwa Mandau adalah senjata
tradisional Suku Dayak . Mandau telah menjadi Simbol kekuatan, simbol
keadilan, simbol persatuan dan sekaligus simbol kehidupan Suku Dayak.
Bagi orang Dayak, membawa mandau kemana-mana adalah hal biasa, tidak
perlu dirisaukan. Untuk mencabut mandau tidak boleh sembarangan, ada
aturannya. Mandau tidak boleh digunakan untuk mengancam orang lain,
salah salah bisa mendapatkan denda secara adat. Mandau baru akan
dicabut dari sarungnya hanya jika dalam mondisi amat terdesak untuk
mempertahankan diri, dan konon setiap mandau keluar dari sarungnya harus
mendapat korban.
Mandau terbang konon bisa dilakukan oleh para tetua Suku yang memiliki
kesaktian tinggi, melalui ritual tertentu makan mandau tersebut akan
melesat terbang mencari sasarannya, hampir dipastikan mandau tersebut
tidak akan salah sasaran. Dan ritual Mandau terbang hanya akan dilakukan
dalam kondisi yang amat darurat demi menpertahankan hidup.
Ada kesaksian dari sebuah keluarga dimana kesaksian tersebut sulit untuk
bisa diterima dengan akal sehat. Kejadian ini di sampit beberapa tahun
lalu saat terjadi kerusuhan etnis.
Ada sebuah keluarga etnis cina, memiliki seorang pembantu dari etnis
tertentu. Mereka sekeluarga sedang berada di dalam rumah, semua pintu
dan jendela dalam kondisi tertutup dan terkunci rapat. Sejurus kemudian
terdengar pintu diketok dari luar, buru-buru keluarga tersebut
menyembunyikan pembantunya ke sebuah ruangan yang dinilai aman dan kedap
udara. selanjutnya mereka mebuka pintu, Di depan pintu diluar rumah
telah berdiri beberapa lelaki suku Dayak yang sedang melakukan sweeping
terhadap warga etnis ‘tertentu’. Mereka menanyakan apakah ada warga
etnis “tertentu” di dalam rumah ? . Pemilik rumah yang kebetulan dari
etnis cina tersebut mengatakan bahwa yang didalam rumah tersebut hanya
mereka saja sekeluarga etnis cina.
Mendengar jawaban pemilik rumah tersebut, beberapa laki laki Dayak
tersebut tidak berkomentar dan segera meninggalkan rumah. Si pemilik
rumah merasa lega dan buru-buru masuk rumah dan mengunci pintunya
kembali.
Merasa situasi aman dari sweeping, maka pemilik rumah tersebut segera
menghampiri pembantunya yang di sembunyikan dalam sebuah ruangan. Namun
bagai mimpi disiang bolong, dia mendapati leher sang pembantu
tersebut telah putus terpotong bersimbah darah. Karena ketakutan dan
trauma , maka tanpa fikir panjang satu keluarga etnis cina tersebut saat
itu juga pergi meninggalkan rumah dengan hanya menbawa barang yang bisa
dibawa seadanya kembali ke kota asal di Malang .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.